<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d11776877\x26blogName\x3dYoung+Muslims+Indonesia\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://youngmuslimsindo.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://youngmuslimsindo.blogspot.com/\x26vt\x3d-4458987010061084945', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Young Muslims Indonesia

Barangsiapa yang menempuh jalan yang menuju ke pengetahuan,
Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga,
dan para malaikat mengembangkan sayapnya karena senang pada orang yang mengincar ilmu,
serta seluruh penghuni surga dan bumi bahkan ikan di kedalaman lautan, memohon ampunan untuknya

[HR. Ibnu Hanbal 196]

Risalah Untuk Saudariku


Assalamu'alaikum wr wb

Wanita adalah makhluk yang banyak mendapat perhatian dari Allah dan Rasul-Nya. Hingga tidak mengherankan jika di dalam Al-Quran terdapat nama surat khusus bagi wanita, surat Al-Nisa'. Selain itu, di dalam Al-Quran juga terdapat surat Maryam. Selain itu, Nabi saw dalam berbagai haditsnya banyak memberikan perhatian bagi perempuan. Sehingga bukan kebetulan jika salah satu wasiat terakhir beliau menjelang wafat adalah; al-nisa’, al-nisa’, al-nisa’. Bahkan beliau menyatakan bahwa tidak ada fitnah yang besar selain wanita.

Dewasa ini, wanita Islam banyak mengalami semacam attack of ideology dan usaha mengaburkan nilai-nilai iman dan akidah. Di Paris, hijab dipijak-pijak. Di Jerman juga jilbab merupakan jati diri Muslimah yang harus dihilangkan. Di Indonesia sendiri, isu germil (gerakan hamilisasi) dalam upaya kristenisasi wanita bukan merupakan isapan jempol belaka. Bahkan isu "kawin-campur" akhirnya digulirkan. Alasannya cukup sederhana: untuk mewujudkan pluralisme agama dan menjalin kehidupan lintas-agama yang lebih toleran dan harmonis. Sasarannya tidak jauh-jauh: kaum Muslimah, saudariku yang tercinta.

Tulisan-tulisan ini merupakan respon dari seorang akhwat yang meminta kita untuk berbicara seputar wanita. Mesklipun penulis sendiri menyadari bahwa kemungkinan besar isi tulisan ini tidak begitu menyentuh hal-hal detail mengenai pernik-pernik kehidupan wanita.

Wanita Muslimah dan Malu

Malu merupakan moral Islam yang sangat agung. Ia begitu sederhana tampaknya. Ternyata, malu merupakan nilai yang sangat mulia dalam kehidupan seseorang, baik secara individu maupun sosial.

Apa arti malu?

Amru Khalid, seorang dai terkenal dari Mesir di dalam bukunya 'Akhlaq al-Mu'min (Moral Seorang Mukmin) menyatakan bahwa kita terkadang mendengar bahwa si fulan itu "pemalu". Atau si fulan memiliki rasa malu. Jadi apa maksud dari malu itu? Malu artinya: ketertekanan jiwa. Artinya: jiwa (diri) tidak mampu untuk melakukan perbuatan-perbuatan jelek atau sesuatu yang tidak baik. Diri tidak kuat untuk melakukannya. Seorang pemalu tidak sanggup melihat dirinya terhina di hadapan Allah, di hadapan manusia atau di hadapan dirinya sendiri.

Dapatkah saudari rasakan indahnya kata-kata tersebut. Betapa diri yang memiliki rasa malu jiwanya akan merasa sempit. Tidak leluasa untuk berbuat sesuka hati. Tidak akan mudah mengatakan "bukan urusan elu". Emang gue pikiran. "Badan-badan gue, enak aja lu melarang gue, emang elu siapa gue?

Subhanallah! Orang yang memiliki rasa malu adalah mereka yang peka atas diri dan lingkungannya, apalagi seorang perempuan. Jadi, mari kita konklusikan bahwa malu itu berada dalam jiwa. Ia berada dalam hati.

Kata Nabi saw tentang malu

Apa kata Nabi saw tentang malu? Mari sama-sama kita hayati saudariku!

"Iman memiliki 67 cabang, dan malu adalah cabang dari iman" (HR. Bukhari (Hadits no. 9), Muslim (Hadits no. 151) dan Abu Daud (Hadits no. 4676).

Dalam sebuah haditsnya yang lain, beliau bersabda: "Iman itu terdiri dari 77 cabang, yang paling atas adalah Lailahaillallaah dan yang paling bawah adalah menghindarkan duri dari jalan. Dan malu merupakan bagian dari iman" .

Lalu di manakah posisi seorang wanita dari rasa malu ini? Adakah dalam hati seorang wanita rasa malu di tengah-tengah globalisasi yang "buta" dan tak mengenal "warna" ini? Rasa malu untuk tidak memakai jilbab bukanlah malu. Justru wanita Muslimah adalah mereka yang malu kalau rambutnya yang indah dilihat orang yang tidak pantas dan diharamkan untuk melihatnya. Apakah masih ada yang menganggap pakai jilbab itu ketinggalan zaman? Kemudian malu kalau tidak diurai rambutnya. Ah....saudariku! Malu itu dalam hati, bukan dalam bibir. Karena banyak sekarang wanita yang pandai "menanam tebu di bibirnya".

Adalah salah pemahaman jika mengatakan bahwa jilbab itu merupakan pakaian orang Arab, layaknya jubah. Maka biar saja yang memakai jilbab itu orang Arab, kita mah yang di Indonesia cukuplah pake "Kudung Gaul; Berjilbab Tapi Telanjang, demikian judul buku Abu Al-Ghifari. Bukankah kudung gaul lebih modis? Lebih menarik dan memikat mata orang yang memandangnya?

Coba kita hayati kembali sabda Nabi saw di atas. Bukankah iman itu tidak akan sempurna tanpa malu? Karena malu merupakan cabang dari iman, berarti tanpa malu iman kita tidak akan pernah sempurna. Lalu bagaimana dengan para artis yang membuka auratnya? Apakah itu menandakan bahwa iman mereka tidak sempurna? Ya! Iman mereka tidak sempurna kalau mereka mengumbar aurat. Karena dia tidak menghargai perintah Allah dalam Al-Quran. Juga tidak mengindahkan ajaran Nabi-Nya yang mulia, Muhammad sang Nabi Agung. Nabi yang membawa akhlak malu, dan memang beliau adalah pemalu.

Fenomena "tidak tahu malu" dan ramalan Nabi saw

"Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulillah saw beliau berkata:"Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum aku lihat saat ini; pertama, satu kaum yang membawa cemeti (cambuk) seperti ekor sapi. Mereka memukul manusia dengan cemeti tersebut. Kedua, wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang (nisa'un kasiyatun 'ariyaât). Mereka berlengang-lenggok dan menggoyang-goyangkan kepala mereka seperti ponok unta yang condong. Wanita-wanita tersebut tidak akan masuk surga dan tidak dapat mencium baunya pun. Padahal bau surga itu dapat tercium dari jarak sekian dan sekian"(HR. Muslim).

Di berbagai TV, fenomena pameran “pusar” bukan hal yang tabu. Sebut saja Inul yang banyak digemari oleh semua level umur di tanah air kita. Dari anak-anak hingga kakek-kakek gemar nonton Inul. Di jalan-jalan, pemuda-pemudi yang berpelukan dan berciuman adalah hal yang biasa. Saudariku! Lihatlah di layar TV kalian, bagi perempuan membuka aurat dianggap sebagai “penyedap rasa” dan “bumbu pemandangan”. Tidak usah heran kalau Muslimah yang menggunakan jilbab akan “dicibirkan”. Betapa dunia kita sekarang sudah terbalik 100%. Laki-laki lebih rapi dibandingkan dengan perempuan.

Nabi saw tidak pernah meleset dalam memberikan sebuah ramalan. Wanita yang “berpakaian tapi telanjang” itu sudah berada di depan mata kita semua. Mengenakan Jeans yang ketat, sama saja dengan telanjang, karena menampakkan bentuk tubuh. Memakai baju you can see dan pakaian transparan lainnya adalah kebutuhan hidup, bahkan syarat untuk disebut sebagai wanita modern dan “melek” modernisasi. Walaupun ada yang mengenakan jilbab, namanya “kudung gaul”. “Berjilbab tapi telanjang”.

Para wanita yang melakukan itu adalah para wanita yang ‘tidak tahu malu’. Mereka yang tidak memiliki sensitivitas kewanitaan. Merekalah yang tidak akan mencium bau surga Allah. Betapa ruginya mereka. Saya yakin, kalian tidak ingin seperti itu. Sungguh! Hilangnya rasa malu adalah awal dari kehancuran seseorang.

“Sesungguhnya Allah jika ingin menghancurkan seseorang, Ia akan mencabut rasa malu dari dalam dirinya. Apabila rasa malu itu telah dicabut (darinya), maka engkau akan menemuinya sebagai seorang yang dibenci dan menjijikan. Apabila engkau menemukannya dalam keadaan demikian, maka akan dicabut dari dalam dirinya sifat amanah. Dan jika telah dicabut dari dalam dirinya sifat amanah itu, maka engkau akan menemukannya sebagai seorang yang pengkhianat dan dikhianati.

Jika engkau mendapatinya dalam keadaan demikian, maka akan dicabut dari dalam dirinya rahmat. Dan jika rahmat telah dicabut darinya, maka engkau akan menemukannya sebagi seorang yang terkutuk dan terlaknat. Dan jika engkau menemukannya dalam keadaan demikian, maka dicabutlah darinya simpul (ikatan) Islam” (HR. Ibnu Mâjah, Hadits 4054).

Oleh karenanya, memupuk rasa malu agar tetap terpatri erat dalam hati adalah kewajiban kita. Waspadailah fenomena hilangnya rasa malu ini, agar tidak menjadi pribadi yang hancur berantakan. Kiranya tidak ada seorang wanitapun yang akalnya waras: ingin hancur hanya karena tidak bisa menahan diri dari godaan para wanita yang sudah kehilangan ‘rem’ dan kendali hidupnya. Semoga. [Qosim Nursheha Dzulhadi]

Wassalamu'alaikum wr wb
« Home | Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »

» Post a Comment