<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d11776877\x26blogName\x3dYoung+Muslims+Indonesia\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://youngmuslimsindo.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://youngmuslimsindo.blogspot.com/\x26vt\x3d-4458987010061084945', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>

Young Muslims Indonesia

Barangsiapa yang menempuh jalan yang menuju ke pengetahuan,
Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga,
dan para malaikat mengembangkan sayapnya karena senang pada orang yang mengincar ilmu,
serta seluruh penghuni surga dan bumi bahkan ikan di kedalaman lautan, memohon ampunan untuknya

[HR. Ibnu Hanbal 196]

Tahun Baru, Dosa Baru ?

31 December, 2005
Assalamu'alaikum wr wb


Suer, bukannya kita nanya yang nggak-ngak sama kamu semua. Tapi kita nanya jujur aja, apa tahun baru kudu bikin dosa baru? Kedengarannya emang nyentil. Tapi ini aseli ngajak kamu mikir. Jadi, berbahagialah kita yang udah dapetin teman baik buat ngajak kita ke jalan yang benar. Dunia dan akhirat pula. Wuih, uenake!

Sobat muda muslim, gejala yang umum ditampakkan oleh masyarakat kita menjelang berakhirnya tahun masehi adalah maraknya pesta penyambutan tahun baru. Semua kalangan merayakannya dengan penuh suka cita. Adik-adik kita, ponakan, paman-bibi, ayah-ibu, kakek-nenek, pokoknye semua merasa kudu merayakan tahun baru. Heboh banget tuh!

Acara 'wajib' di malam tahun baru seperti arak-arakkan di jalan raya; baik jalan kaki maupun pake kendaraan bermotor, tiup terompet, dan pesta kembang api udah biasa digelar. Di malam itu, yang ada adalah kita dan kesenangan. Semua larut dalam gempitanya perayaan tahun baru.

Para biduan dangdut ibukota juga menuai untung di malam itu. Ikut merayakan bergantinya tahun dengan menghibur masyarakat lewat tarikan suara dan aksi jogetnya yang bikin jantung kaum Adam deg-deg plas! Ah, pokoke dunia ini kayak bergetar hebat di malam tahun baru itu.

Selain aksi 'gila-gilaan' di malam tahun baru, ada juga yang menyambut tahun baru dengan segudang agenda. Mulai agenda yang baik, agak baik, sampe yang miskin manfaat, bahkan menyesatkan.

Para desainer udah gembar-gembor dua bulan sebelum berakhirnya tahun ini. Mereka membuat model pakaian yang bakalan tren di tahun depan, juga mereka-reka kira-kira model rambut yang kayak gimana yang bisa jadi tren di tahun depan. Para produsen kosmetika juga gencar memamerkan seni tatarias wajah yang oke punya, tentu dengan dukungan kosmetik yang dibuatnya.

Selain para desainer dan produsen kosmetika, yang ikutan heboh kalo menyambut tahun baru begini adalah para dukun dan tukang ramal. Jampi dan mantera mereka dipercaya sebagian besar masyarakat ampuh untuk bekal di tahun depan. Ramalan via kartu tarot, teropong lewat bola kristal, atau cuma dengan melihat garis-garis di telapak tangan langsung kebaca sama para normal perjalanan nasib pasiennya itu. Lengkap dengan trik en tips kalo terjadi sesuatu di kemudian hari.

Para dukun juga sigap mengawal pasien mereka yang meminta tolong kepadanya. Dikerahkanlah seluruh lelembut dari bangsa jin untuk menjadi bodyguardnya. Harapannya, tahun depan keberuntungan selalu menyertainya atas bantuan sang dukun. Duilee.. pede banget minta tolong ama dukun? Kagak salah tuh? Ati-ati yee..!

Belum lagi paranormal yang sok tahu bikin pernyataan tentang masa depan negeri ini dan juga kondisi beberapa negara. Wah, ada-ada aja ya? Aneh bin ajaib emang. Celakanya, banyak yang percaya sama bualannya sang para-normal. Ckckckck.. pada sadar ngapa? Jangan sampe deh tahun baru justru bikin dosa baru. Kagak nyaket tuh di otak! Hehehe...

Hey, ada juga lho yang cuek bebek ama perayaan tahun baru. Mereka anggap biasa aja dan biarkan jalan sendiri. Sayangnya, mereka emang udah dari sononye kagak punya planning: dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dan dari bulan ke bulan nggak ada peningkatan. Prinsip hidupnya "gimana nanti aja" Wah, kacau banget kan?

Kalo pun mau kan harus-nya pada mulai mikirin gimana masa depan kita. Ini malah kebalik, masa depan mah gimana nanti aja. Hih, amit-amit, pantesan jalan di tempat aja. Kita kan nggak tahu nasib kita di masa depan ya? Itu sebabnya, melakukan yang terbaik itu musti digeber abis-abis-an sebisa mungkin dan secepat mungkin. Biar kagak nyesel di kemudian hari. Jangan sampe baru nyadar kalo ajal udah menjem-put kita. Lagian, kita nggak tahu kan kalo ajal bakalan datang cepat atau lambat. Tul nggak?

BTW, gimana sih hukumnya ngerayain tahun baru masehi, en bagaimana sikap kita seharusnya dalam manfaatin waktu ini? Gimana juga biar nggak tergoda tren-tren yang nggak bener?

Jangan latah ikutan heboh

Merayakan tahun baru nggak diajarin sama Islam. Apalagi dengan cara-cara yang berbumbu maksiat. Itu artinya, perayaan tahun baru adalah budaya khas di luar Islam. Bukan berasal dari Islam!

Umat Islam oleh Rasulullah tidak diajarkan sama sekali menyambut tahun baru. Nggak sama sekali. Lagian emang penentuan dan penanggalan tahun hijriah sendiri jauh setelah Rasulullah saw. wafat. Dan para sahabat pun tidak pernah merayakannya.

Awal perhitungan tahun yang didasarkan peristiwa Hijrah dimulai pada tahun 17 Hijriyah (H), atau 7 tahun sesudah wafatnya Nabi Muhammad saw. Tepatnya, terjadi waktu zaman pemerintahan Khalifah Umar bin Khathab.

Menurut salah satu riwayat, yang mendorong perhitungan tahun ini adalah adanya surat dari Abu Musa al-Asyari, amir alias gubernur di Basrah kepada Khalifah Umar bin Khattab, bahwa ia menerima surat dari Khalifah yang tidak bertarikh tahun dan hal ini menimbulkan kesulitan.

Pada pembahasan mengenai soal perhi-tungan tahun terse-but, terdapat beberapa alternatif yang muncul. Ada yang menawarkan tahun kelahiran Rasulullah, tarikh kebangkitannya menjadi Rasul, dan ada pula yang manawarkan patokannya berdasarkan tahun wafat Nabi.

Diperoleh keterangan, Dr. Hasan Ibrahim Hasan dalam Zu'amaul Islam (1953) pernah melukiskan, bahwa pada suatu hari Khalifah Umar bin Khathab memanggil dewan permusyawaratan untuk membicarakan perihal sistem penanggalan. Dalam kesempatan itu, Ali bin Ali Thalib mengusulkan agar penanggalan Islam dimulai sejak peristiwa hijrah ke Madinah sebagai momentum saat ditinggalkannya bumi musyrik.

Usulan itu diterima sidang. Khalifah Umar pun menerima keputusan dan mengumumkan berlakunya Tahun Hijriyah. Sebenarnya, Hijrah Nabi sendiri pada Kamis akhir bulan Safar, dan keluar dari tempat persembunyiannya di Gua Thur pada awal bulan Rabiul Awal, yaitu Senin 13 September tahun 622 Masehi. Tetapi Umar serta sahabat-sahabatnya setuju memulai tarikh Hijrah dari bulan Muharram tahun itu karena Muharram merupakan bulan yang mula-mula Nabi berencana berhijrah dan bulan selesainya mengerjakan ibadah haji.

Jadi nggak ada keterangan bahwa Nabi mengajarkan perayaan tahun baru hijriah sekalipun, apalagi menyuruh merayakan tahun baru masehi. Kitanya aja yang latah ama budaya selain Islam. Tul nggak?

Sekadar kamu tahu, perayaan tahun baru ini adalah biasa dilakukan oleh umat agama lain. Misalnya kaum Yahudi, mereka juga punya tahun baru dalam penanggalan mereka. Nah, setiap mereka masuk tahun baru Ros Sahanah, seluruh umat mereka di masa lalu menyam-butnya dengan pawai keliling kota sambil meniup terompet en pesta semalam suntuk!

Terus, orang-orang Cina biasa merayakan tahun baru Imlek. Di masa lalu, mereka berharap kepada dewa mereka keberkahan. Nah, karena dalam mitos Cina biasanya kalo tahun baru mereka, selain kebaikan ada juga kejahatan yang dibawa setan. Itu sebabnya, mere-ka kudu menyalakan petas-an atau minimal nyala api (kini dimodifikasi dengan kembang api) sebagai sim-bol untuk mengusir setan.

Nah, jadi kalo kita merayakan tahun baru, apalagi tahun baru masehi, maka itu jatuhnya maksiat. Hih, ati-ati deh. Jangan sampe kita latah ikutan heboh dengan budaya kaum di luar Islam. Apalagi kalo itu berkaitan erat dengan prosesi keagamaan mereka.

Firman Allah Swt.:
"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu," (QS al-Furqan [25]: 72)

Cuma sayangnya, dengan penanggalan tahun masehi (menurut aturan Nashrani) yang digunakan secara internasional, kita jadi merasa lebih dekat banget dengan budayanya. Seolah-olah hal yang biasa. Maka dalam merayakannya pun kita yakin deh, bahwa teman-teman tuh nggak ngerti silsilahnya. Nah, kita ajak deh supaya mau meninggalkan budaya nggak bener ini. Jangan sampe temen-temen tersesat kian jauh dari Islam.

Firman Allah Swt.:

"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)." (QS al-An'aam [6]: 116]

Waktu = alat ukur evaluasi diri

Sobat muda muslim, pergantian siang dan malam, pergantian hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun, jadikan sebagai alat ukur untuk mengevaluasi kemajuan diri kita. Karena memang kita diajarkan untuk itu.

Firman Allah Swt.: "Demi Waktu. Sesungguhnya manusia itu be-nar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang ber-iman dan menger-jakan amal saleh dan nasihat me-nasihati supaya mentaati kebe-naran dan nasi-hat menasihati supaya menetapi kesabaran" ( QS al-Ashr [103] 1-3 )

Rasulullah saw. bersabda: "Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya." (HR. Ahmad)

Orang yang pasti beruntung adalah orang yang mencari kebenaran, orang yang menga-malkan kebenaran, orang yang mendakwahkan kebenaran dan orang yang sabar dalam menegakan kebenaran. Mengatur waktu dengan baik agar tidak sia-sia adalah dengan mengetahui dan memetakan, mana yang wajib, sunah, haram, mana yang makruh, en mana yang mubah. Intinya kudu taat hukum syara.

Itu artinya perubahan waktu ini harusnya kita jadikan momentum (saat yang tepat) untuk mengevaluasi diri. Jangan malah hura-hura bergelimang kesenangan di malam tahun baru. Sudahlah merayakannya haram, eh, caranya maksiat pula. Waduuuh, apa itu nggak dobel-dobel dosanya? Naudzubillahi min dzalik!

Sobat muda muslim, ada dua hal yang bikin manusia tuh lupa diri. Rasulullah saw. bersabda: "Ada dua nikmat, dimana manusia banyak tertipu di dalamnya; kesehatan dan kesempatan." (HR Bukhari)

Nggak baik kalo kita nyesel seumur-umur akibat kita menzalimi diri sendiri. Sebab, kita nggak bakalan diberi kesempatan ulang untuk berbuat baik atau bertobat, bila kita udah meninggalkan dunia ini. Firman Allah Swt.:

"Maka pada hari itu tidak bermanfaat (lagi) bagi orang-orang yang zalim permintaan uzur mereka, dan tidak pula mereka diberi kesem-patan bertaubat lagi." (QS ar-Rûm [30]: 57)

Jadi, nggak usah deh kita ikutan heboh merayakan tahun baru masehi. Kita evaluasi diri, dan itu dilakukan setiap hari biar lebih seru. Yuk kita tingkatin terus amal baik kita, jangan cuma menumpuk dosa. Yup, mulai sekarang. Are you ready?


Wassalamu'alaikum wr wb

Beberapa Info Kajian Islam

20 December, 2005
Jepang

Persatuan Pelajar Masjid Kobe bersama dengan Pengurus Kajian Masjid Kobe Insya Allah akan menyelenggarakan Kajian Islam Intensif. Kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan Menimba Ilmu.

Pembicara :
Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
Materi :
Kajian Al-Qur'an dan As-Sunnah

29 Dzul Qa'dah - 2 Dzul Hijjah 1426 (31 Desember 2005 - 3 Januari 2006), 09:00 - 17:00 @ Hyogo International Students House (AIEJ) Lt. 2 (Nada) 1-2-8 Wakihama-cho, Chuo-ku, Kobe, 651-0072, Japan.

Informasi lebih lanjut, hubungi :

Joy-Kobe (090-2066-6914),
Indra-Osaka (090-3629-3820),
Ahmad Hikam-Tokyo (090-8057-1112),
Adi-Osaka (090-9999-2497),
fulan-Tsuyama (090-5690-2820).

Disediakan makan siang, dan bagi peserta dari jauh disediakan tempat menginap (harap hubungi panitia). (GRATIS !!!)


Bekasi

DKM Masjid Amar Ma'ruf Komp. AURI Jaladhapura Jl. HM Joyomartono Bulak Kapal Bekasi Timur Menyelenggarakan :

Telaah Kitab : Kisah Dajjal & Turunnya Nabi Isa a.s untuk membunuhnya.
Oleh :

Ustadz Zaenal Abidin,Lc

Waktu :

Ahad, 25 Desember 2005

08.30 ~ Dzuhur


Slipi, Jakarta Barat

Insyaalllah akan diadakan pengajian rutin setiap dua pekan sekali yang mana rinciannya sebagai berikut:

Hari : Sabtu
Waktu : 16.00-17.30
Tempat : Masjid Al-Ikhlas, Komplek Moneter Kemanggisan,Jakarta Barat

Materi : Tauhid (kitab Tsalatsatul Ushul, Karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab.)

Pemateri : Al-Ustadz Ali Saman Hasan,Lc (Alumnus Universitas Islam Madinah)

Untuk keterangan lokasi hubungi :

Endo 0813183393
Sandy 081585514549
----------

Jadwal Kajian di Mesjid Ar Rahmat, Jl. Anggrek Cendrawasih, Slipi Setiap Sabtu Jam 9-11 WIB

PEKAN I & III : Tafsir Al Qur'an bersama Ust. Zaenal Abidin
PEKAN II & V : Ringkasan Shahih Bukhori bersama Ust. Mudrik
PEKAN IV : Riyadush Shalihin bersama Ust. Dzajuli

Keterangan lebih lanjut hubungi Ibu Lia
(0811154616 atau 5493194)


Islamic Centre, Jakarta Utara

"Tim Kajian Ilmiah Karyawan Astra bekerjasama dengan Jakarta Islamic Centre" kembali menyelenggarakan Kajian Islam. Kami mengundang kaum muslimin dan muslimat untuk menghadiri kajian Islam ini yang Insya Allah akan diselenggarakan pada :

Hari / Tanggal : Ahad, 23 Dzulqo'dah 1426 H. / 25
Desember 2005 M.
Waktu : 09.00 s/d Dzuhur WIB
Tempat : Masjid Jakarta Islamic Centre ( JIC )
Jalan Kramat Jaya, KOJA Jakarta Utara

Thema : Bedah Buku Baru "Laukaana Khoiron Lasabaquunaa Ilaihi" (Kalau sekiranya perbuatan itu baik tentulah para Sahabat telah mendahului kita mengamalkannya)

Pemateri : Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat (Penulis Kitab)

Simak kajiannya, sebagai bekal yang berharga bagi kita, di dunia maupun di akhirat kelak. Buku "Laukaana Khoiron Lasabaquunaa Ilaihi" bisa diperoleh pada Panitia menjelang kajian berlangsung Di JIC dengan harga Diskon Spesial.

Panitia & Penyelenggara :

Tim Kajian Ilmiah Karyawan Astra Masjid Jakarta Islamic Centre Jakarta

Route kendaraan dari :

Kp. Rambutan - bis PAC 07/08
Cawang/Cililitan - bis P8A
Blok M - bis PAC 65 / P89
Ciputat - bis PAC 135
Bekasi - bis PAC 25
Semua kendaraan ini tujuan Tj. Priuk selanjutnya naik APB 01 Jurusan Semper turun di depan JIC (Jakarta Islamic Centre)

Hotline (Contact Person) :

Agus H : 021. 4413069
Solihin : 0816 1182781


The Plain Truth about Christmas

19 December, 2005
By : Herbert W. Armstrong (1892-1986)


Herbert W. Amstrong yang sangat dihormati di kalangan pejabat, pebisnis, industriawan dan ilmuwan di seluruh dunia ini adalah seorang Pastur Worldwide Church of God yang berkedudukan di Amerika Serikat. Dia juga sebagai kepala editor majalah Kristen "Plain Truth" yang bertiras sekitar 8 juta eksemplar tiap bulan. Majalah ini didirikan pada tahun 1934, dan beredar ke seluruh dunia.

Pada tahun 1947, Amstrong mendirikan Ambassador College yang sekarang memiliki dua kampus besar di Pasadena California dan di Big Sandy Texas. Juga mendirikan dan sebagai kepala Ambassador International Cultural Foundation, yang bergerak di bidang kebudayaan, bantuan pada masyarakat miskin, dan gerakan kemanusiaan. Dia sudah mengunjungi sekitar 70 negara untuk memberitakan Injil sebagai Kerajaan Tuhan.

Bahkan Amstrong mendapatkan kehormatan dari kepala negara yang memiliki perbedaan keyakinan dengannya seperti di Jepang, India, Afrika Selatan, China, Israel dan Mesir. Pada usianya yang sudah mencapai 90 tahun, Amstrong masih aktif menulis, ceramah di televisi dan di depan publik. Di antara buku hasil tulisannya adalah: The Wonderful World Tomorrow, What it Will be Like dan The United State and Britain in Prophecy.


Sejarah Natal

Kata Christmas (Natal) yang artinya Mass of Christ atau disingkat Christ-Mass, diartikan sebagai hari untuk merayakan kelahiran "Yesus". Perayaan yang diselenggarakan oleh non-Kristen dan semua orang Kristen ini berasal dari ajaran Gereja Kristen Katolik Roma. Tetapi, dari manakah mereka mendapatkan ajaran itu? Sebab Natal itu bukan ajaran Bible (Alkitab), dan Yesus pun tidak pernah memerintah para muridnya untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang masuk dalam ajaran Kristen Katolik Roma pada abad ke empat ini adalah berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala.

Karena perayaan Natal yang diselenggarakan di seluruh dunia ini berasal dari Katolik Roma, dan tidak memiliki dasar dari kitab suci, maka marilah kita dengarkan penjelasan dari Katolik Roma dalam Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul "Christmas", anda akan menemukan kalimat yang berbunyi sebagai berikut:

"Christmas was not among the earliest festivals of Church … the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan customs centering around the January calends gravitated to christmas."

"Natal bukanlah diantara upacara-upacara awal Gereja … bukti awal menunjukkan bahwa pesta tersebut berasal dari Mesir. Perayaan ini diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari ini, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus."

Dalam Ensiklopedi itu pula, dengan judul "Natal Day," Bapak Katolik pertama, mengakui bahwa:

"In the Scriptures, no one is recorded to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is only sinners (like Paraoh and Herod) who make great rejoicings over the day in which they were born into this world."

"Di dalam kitab suci, tidak seorang pun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Firaun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini."

Encyclopedia Britannica, yang terbit tahun 1946, menjelaskan sebagai berikut:

"Christmas was not among the earliest festivals of the church… It was not instituted by Christ or the apostles, or by Bible authority. It was picked up of afterward from paganism."

"Natal bukanlah upacara - upacara awal gereja. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible (Alkitab) juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala."

Encyclopedia Americana terbitan tahun 1944 juga menyatakan sebagai berikut:

"Christmas…It was, according to many authorities, not celebrated in the first centuries of the Christian church, as the Christian usage in general was to celebrate the death of remarkable persons rather than their birth…" (The "Communion," which is instituted by New Testament Bible authority, is a memorial of the death of Christ.) "…A feast was established in memory of this event (Christ's birth) in the fourth century. In the fifth century the Western Church ordered it to be celebrated forever on the day of the old Roman feast of the birth of Sol, as no certain knowledge of the day of Christ's birth existed."

"Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya, umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut.." ("Perjamuan Suci" yang termaktub dalam Kitab Perjanjian Baru, hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus.) "…Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad keempat Masehi. Pada abad kelima, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari "Kelahiran Dewa Matahari." Sebab tidak seorang pun yang mengetahui hari kelahiran Yesus."


Siapakah Santa Claus/Sinterklas itu ?

Santa Claus bukan ajaran yang berasal dari paganisme, tetapi juga bukan ajaran Kristen. Sinterklas ini adalah ciptaan seorang pastur yang bernama "Santo Nicolas" yang hidup pada abad ke empat Masehi. Hal ini dijelaskan oleh Encyclopedia Britannica, volume 19 halaman 648-649, edisi kesebelas, yang berbunyi sebagai berikut:

"St. Nicholas, bishop of Myra, a saint honored by the Greek and Latins on the 6th of December… A Legent of his surreptitious bestowal of dowries on the three daughters of an improverrished citizen… is said to have originated the old custom of giving presents in secret on the Eve of St. Nicholas (Dec.6), subsequently transferred to Christmas day. Hence the association of Christmas with Santa Claus…"

"St. Nicholas, adalah seorang pastur di Myra yang amat diagung-agungkan oleh orang-orang Yunani dan Latin setiap tanggal 6 Desember…Legenda ini berawal dari kebiasaannya yang suka memberikan hadiah secara sembunyi-sembunyi kepada tiga anak wanita miskin… untuk melestarikan kebiasaan lama dengan memberikan hadiah secara tersembunyi itu digabungkan ke dalam malam Natal. Akhirnya tarkaitlah antara hari Natal dan Santa Claus…"

Sungguh merupakan kejanggalan. Orang tua menghukum anaknya yang berkata bohong. Tetapi di saat menjelang Natal, mereka membohongi anak-anak dengan cerita Sinterklas yang memberikan hadiah di saat mereka tidur. Bukankah ini suatu keanehan, ketika anak-anak menginjak dewasa dan mengenal kebenaran, pasti akan beranggapan bahwa Tuhan hanyalah mitos atau dongeng belaka? Dengan cara ini tidak sedikit orang yang merasa tertipu, dan mereka pun mengatakan:

"Ya, saya akan membongkar pula tentang mitos Yesus Kristus!"

Inikah ajaran Kristen yang mengajarkan mitos dan kebohongan kepada anak-anak? Padahal Tuhan sudah mengatakan: "Janganlah menjadi saksi palsu. Dan ada cara yang menurut manusia betul, tetapi sebenarnya itu adalah ke jalan kematian dan kesesatan."

Dari bukti-bukti nyata yang telah kita ungkap tadi dapatlah diambil kesimpulan, bahwa perayaan Natal atau Christmas itu bukanlah ajaran Kristen yang sebenarnya, melainkan kebiasaan para penyembah berhala (Paganis). Ia warisan dari kepercayaan kuno Babilonia ribuan tahun yang lampau.

Fakta sejarah telah membeberkan kepada kita bahwa mulai lahirnya gereja Kristen pertama sampai dua ratus atau tiga ratus tahun kemudian - jarak waktu yang lebih lama dari umur negara Amerika Serikat - upacara Natal tidak pernah dilakukan oleh umat Kristen. Baru setelah abad keempat, perayaan ini mulai diselenggarakan oleh orang-orang Barat, Roma dan Gereja. Menjelang abad kelima, Gereja Roma memerintahkan untuk merayakannya sebagai hari raya umat Kristen yang resmi. (Read more about this here).


Hukum mengucapkan selamat natal bagi umat Muslim
(syariahonline.com)

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,

Mengucapkan selamat natal itu sebenarnya punya makna yang mendalam dari sekedar basa-basi antar agama. Karena tiap upacara dan perayaan tiap agama memiliki nilai sakral dan berkaitan dengan kepercayaan dan akidah masing-masing.

Karena itu masalah mengucapkan selamat kepada penganut agama lain tidak sesedarhana yang dibayangkan. Sama tidak sederhananya bila seorang mengucapkan dua kalimat syahadat. Syahadatian itu punya makna yang sangat mendalam dan konsekuensi hukum yang tidak sederhana. Termasuk hingga masalah warisan, hubungan suami istri, status anak dan seterusnya. Padahal cuma dua penggal kalimat yang siapa pun mudah mengucapkannya.

Nah, dalam hal ini pengucapan tahni`ah (ucapan selamat) natal kepada nashrani juga memiliki implikasi hukum yang tidak sederhana. Benar bahwa muslimin menghormati dan menghargai kepercayaan agama lain bahkan melindungi bila mereka zimmi. Namun perlu diberi garis tengah yang jelas. Manakah batasan hormat dan ridha disini. Hormat adalah suatu hal dan ridha adalah yang lain.

Kita hormati nasrani karena memang itu kewajiban. Hak-hak mereka kita penuhi karena itu kewajiban. Tapi memberi ucapan selamat, ini mempunyai makna ridha, artinya kita rela dan mengakui apa yang mereka yakini. Ini sudah jelas masuk masalah akidah. Dan inilah yang menjadi batas tegas disini.

Jangan sampai ada perasaan takut di hati para tokoh agama kita bila belum mengucapkan selamat natal, maka kita kurang toleran, kurang ramah dan kurang menghargai agama lain. Ini penyakit kejiwaan yang hingga dalam lubuk sanubari kebanyakan kita. Sehingga terkadang menjelma menjadi sikap yang kurang tepat. Bila kita tidak mengucapkan selamat natal bukan berarti kita tidak ingin adanya persaudaraan dan perdamaian antar penganut agama. Bahkan sebenarnya tidak perlu lagi umat Islam ini diajari tentang toleransi dan kerukunan.

Adanya orang nasrani di Republik ini dan bisa beribadah dengan tenang selama ratusan tahun adalah bukti kongkrit bahwa umat Islam menghormati mereka. Toh mereka bisa hidup tenang tanpa kesulitan. Bandingkan dengan negeri dimana umat Islam minoritas, bagaimana mereka diteror, dipaksa, dipersulit, dibuat tidak betah, diganggu dan dianiyaya. Dan fakta-fakta itu bukan isapan jempol. Hal itu terjadi dimana pun dimana ada umat Islam yang minoritas baik eropa, amerika, australia dan sebagainya.

Jadi tidak mengucapkan selamat natal itu justru toleransi dan saling menghormati akidah masing-masing. Dan sebaliknya, saling memberi ucapan selamat justru menginjak-injak akidah masing-masing karena secara sadar kita melecehkan akidah yang kita anut.

Nabi Isa itu memang nabi kita juga dan kita wajib beriman atas kenabiannya. Tetapi dalam perayaan natal, memang ada masalah mendasar di luar urusan memberi ucapan selamat.

Pertama, masalah ketidak-benaran tanggal atau bulan kelahiran Nabi Isa as itu sendiri. Sehingga kalau toh kita ingin mengucapkan selamat natal pada saat seperti itu, benarkah 25 Desember itu adalah hari lahir Yesus ?

Kedua, kalaulah benar belai lahir pada tanggal itu, apakah bisa dibenarkan mengucapkan selamat atas hari lahir seorang nabi Isa as ? Padahal pada hari lahirnya nabi Muhammad sekalipun kita tidak diajarkan untuk saling mengucapkan selamat hari lahir. Bagaimana mungkin pada hari lahirnya Isa kita memberikan ucapan selamat ?


Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Kriteria Suami yang Shaleh

16 December, 2005
oleh: Aam Amirudin


Assalamu'alaikum wr wb


Kriteria suami yang shaleh adalah suami yang selalu berusaha melaksanakan seluruh kewajiban secara baik dan bertanggung jawab. Apabila Anda bisa melaksanakan kewajiban-kewajiban berikut, Insya Allah Anda akan menjadi suami yang shaleh. Adapun kewajiban-kewajiban tersebut adalah,


1. Memberikan nafkah lahir berupa sandang, pangan, dan papan sesuai kemampuan, sebagaimana firman Allah swt.,

"Dan kewajiban ayah (suami) memberi makan dan pakaian kepada para ibu (isteri) dengan cara yang baik." (Q.S. Al-Baqarah: 233)

"Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka." (Q.S. Ath-Thalaaq 65: 6)


2. Memberikan nafkah batin

Salah satu kebutuhan manusia adalah terpenuhinya hasrat biologis. Hubungan biologis akan menjadi perekat pernikahan apabila dilakukan atas dasar saling membutuhkan dan dilakukan dengan cinta. Allah swt. menetapkan bahwa suami berkewajiban memenuhi nafkah batin isteri.

"Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanam itu bagaimana saja kamu kehendaki." (Q.S. Al Baqarah: 223)

Ayat ini sifatnya perumpamaan, Allah swt. mengumpamakan istri bagaikan kebun tempat bercocok tanam sementara suami diumpamakan sebagai orang yang akan menanam benih, maka datangilah tempat bercocok tanam itu bagaimana saja kamu kehendaki. Ayat ini menegaskan bahwa dalam melakukan hubungan intim, gaya apapun boleh dilakukan asal keduanya (suami-isteri) merasa nyaman. Yang dilarang hanya satu, yaitu tidak boleh melakukan hubungan intim lewat dubur sebagaimana disebutkan dalam riwayat Ahmad dan Ash Habus-Sunan dari Abu Hurairah.

"Terlaknatlah laki-laki yang mendatangi perempuan pada duburnya."


3. Memberi Bimbingan pada Keluarga

Suami mempunyai status sebagai pemimpin dalam keluarga, karenanya ia berkewajiban memberi nafkah lahir, batin, dan memberi bimbingan agama kepada istri dan anaknya.

"Kaum laki-laki (suami) itu adalah pemimpin bagi kaum wanita (istri), oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (suami) atas sebagian yang lain (istri), dan karena mereka (suami) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka." (Q.S. An-Nisaa 4: 34)

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya." (Q.S.Thaahaa: 132)


4. Memperlakukan istri secara baik dan menjaga perasaannya

Rasulullah saw. menilai bahwa suami yang terbaik baik adalah yang paling baik pada istrinya

"Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaqnya, dan sebaik-baik kamu adalah yang paling baik kepada istrimu." (H.R. Tirmidzi)

"...dan bergaullah dengan mereka secara baik..." (Q.S. An-Nisaa :19)

"Hendaklah kamu (suami) memberi makan istri apabila engkau makan, dan engkau beri pakaian kepadanya bila engkau berpakaian, dan jangan engkau pukul mukanya, dan jangan engkau jelekkan dia, dan jangan engkau jauhi melainkan di dalam rumah." (H.R. Ahmad, Abu Daud, Nasa'i, dan yang lainnya)

Apabila empat kewajiban ini Anda kerjakan dengan sebaik-baiknya, insya Allah Anda akan menjadi suami yang ideal bagi istri dan menjadi ayah yang jadi kebanggaan anak-anaknya. Semoga! Wallahu A'lam.


Wassalamu'alaikum wr wb

Karen Armstrong: Islam Tidak Selayaknya Diasosiasikan dengan Terorisme

09 December, 2005
eramuslim.com-Penulis terkenal Inggris Karen Armstrong menyatakan, Islam tidak selayaknya diasosikan dengan serangan teroris yang dilakukan oleh orang-orang yang menyebut diri mereka Muslim. Karena tindakan orang-orang itu justru sudah melanggar prinsip-prinsip esensial Islam.

Dalam artikelnya yang dimuat harian Inggris terkemuka The Guardian, Armstrong menulis, "Kita membutuhkan satu kata yang lebih pas dari sekedar kata 'teroris Islam'. Al-Qur'an melarang peperangan yang bersifat menyerang, perang dibolehkan hanya untuk kepentingan mempertahankan diri dan nilai-nilai Islam yang benar mengajarkan perdamaian, rekonsiliasi dan pemberian maaf."

Karen Armstrong yang cukup produktif menulis buku keagamaan ini mengatakan bahwa orang yang melakukan tindakan yang mengerikan, tidak memiliki agama, apakah mereka menyebutnya sebagai Muslim, Kristen atau Yahudi yang melakukan kejahatan atas nama agama mereka.

"Maka, meskipun Muslim, seperti juga Kristiani atau Yahudi, seringkali gagal untuk mengedepankan idealismenya, hal itu bukan karena agamanya," kata Armstrong yang dengan menyatakan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian, cinta dan toleransi serta tidak pernah melakukan paksaan yang berkaitan dengan agama.

"Dan selama berabad-abad Islam sudah memiliki catatan yang lebih baik dalam hal toleransi dibadingkan dengan agama Kristen. Hukum Islam tidak membenarkan perang terhadap negara yang memberikan kebebasan bagi warga Muslimnya untuk beribadah, Islam melarang pembakaran, perusakan bangunan-bangunan dan pembunuhan terhadap warga sipil tak berdosa dalam sebuah kampanye militer," tambah Armstrong.

Ia juga mengungkapkan keheranannya, mengapa pemboman berdarah yang dilakukan oleh tentara Republik Irlandia (IRA) tidak membuat orang serta merta menyamakan Kristen dengan terorisme seperti mereka mengaitkan kasus serupa dengan Islam.

"Kita jarang, bahkan tidak pernah menyebut pemboman yang dilakukan kelompok 'Katolik' IRA sebagai terorisme, karena kita cukup tahu dan menyadari bahwa persoalan ini secara esensi bukan sebuah kampanye keagamaan," katanya.

"Tentu, seperti juga gerakan republik Irlandia, banyak gerakan fundamentalis di dunia yang terbilang masih baru, membentuk nasionalisme yang menyamarkannya dalam persoalan keagamaan yang kental. Hal ini jelas terlihat dalam kasus fundamentalisme di kalangan zionis di Israel dan semangat patriotisme perjuangan hak-hak umat Kristen di AS," tulis Armstrong.

Armstrong , penulis buku 'Islam, a Short History' juga mengkritik stereotipe kata 'Jihad' yang berasal dari bahasa Arab, semata-mata diartikan dengan perang suci. "Para ekstrimis dan polistikus yang tidak bermoral sudah mencuri kata itu untuk tujuan-tujuan mereka sendiri, makna sebenarnya dari Jihad bukan hanya 'perang suci' tapi 'perjuangan' atau 'ikhtiar'. Umat Islam diperintahkan untuk berjuang sekuat tenaga di berbagai aspek-sosial, ekonomi, intelektualitas, etika dan spiritual-untuk melaksanakan perintah Tuhan dalam kehidupan sehari-hari," tegasnya lagi.

Armstrong mengatakan, jihad merupakan nila-nilai spritual yang baik yang bagi kebanyakan umat Islam tidak ada kaitannya dengan kekerasan. Ia menilai sejumlah orang sudah melakukan kesalahan dengan lebih suka menyebut teroris dengan istilah 'para pelaku jihad'. Ia menekankan kembali bahwa teroris sama sekali tidak mewakili Islam yang sebenarnya. (ln/iol)

Perbedaan Pendapat Pada Umatku Adalah Rahmat ?

07 December, 2005
Assalamu'alaikum wr wb


Berkata sebagian kaum Muslimin :

"Biarkanlah keragaman pendapat yang ada di tubuh kaum Muslimin tentang agama mereka tumbuh subur dan berkembang, asalkan setiap perselisihan dibawa ketempat yang sejuk."

Alasan mereka didasarkan pada sebuah hadits yang selalu mereka ulang-ulang dalam setiap kesempatan, yaitu hadits:

"Perbedaan pendapat pada umatku adalah rahmat"

Benarkah ungkapan ini? benarkah Rasulullah mengucapkan hadits tersebut? Apa kata Muhadditsin (Ahli Hadits) tentang hadits tersebut??

Syaikh Al-Albani rahimahulah berkata: "Hadits tersebut tidak ada asalnya". [Adh-Dha’ifah :II / 76-85]

Imam As-Subki berkata: "Hadits ini tidak dikenal oleh ahli hadits dan saya belum mendapatkannya baik dengan sanad shahih, dha’if (lemah), maupun maudhu (palsu)."

Syaikh Ali-hasan Al-Halaby Al-Atsari berkata: "ini adalah hadits bathil dan kebohongan." [Ushul Al-Bida’]

Dan dari sisi makna hadits ini disalahkan oleh para ulama.

Al-‘Alamah Ibnu Hazm berkata dalam Al-Ahkam Fii Ushuli Ahkam (5/64) setelah menjelaskan bahwa ini bukan hadits: "Dan ini adalah perkataan yang paling rusak, sebab jika perselisihan itu adalah rahmat, maka berarti persatuan adalah adzhab. Ini tidak mungkin dikatakan oleh seorang muslim, karena tidak akan berkumpul antara persatuan dan perselisihan, rahmat dan adzhab."

Bagaimanakah Daya Rusak Hadits Palsu Tersebut Terhadap Islam ?


1. Mengekalkan perpecahan dalam Islam

Tidak ragu lagi bahwa hadits tersebut adalah tikaman para pembawanya bagi persatuan Islam yang haqiqi. Ketika para pembawa panji-panji sunnah menyeru umat kepada persatuan Aqidah dan Manhaj (jalan/metode) yang shahih. Tiba-tiba muncul orang-orang yang mengaku mengajak kepada persatuan Islam dengan berkata: "Biarkanlah kaum muslimin dengan keyakinannya masing-masing, biarkanlah kaum muslimin dengan metodenya masing-masing dalam berjalan menuju Allah , janganlah memaksakan perselisihan yang ada harus seragam dengan keyakinan dan pola pikir orang-orang arab padang pasir 15 abad yang lalu. Karena Rasulullah bersabda: "perselisihan pendapat pada umatku adalah rahmat."

Allahu Akbar…!! Alangkah kejinya ungkapan tersebut dan banyak lagi perkataan yang semisalnya yang mengakibatkan kaum muslimin abadi di dalam aqidah dan manhaj yang berbeda. Padahal ayat-ayat dalam Al-Qur’an melarang berselisih pendapat dalam urusan agama dan menyuruh bersatu. Seperti Firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 46 yang artinya;

"Jangan kamu berselisih, karena kamu akan menjadi lemah dan hilang kewibawaan kamu."

Surat Ar-Rum ayat 31-32:

"Jangan kamu seperti orang-orang yang musyrik, yaitu mereka mencerai-beraikan agamanya dan bergolong-golongan. Dan setiap golongan berbangga dengan apa yang ada pada golongan mereka."

Surat Hud ayat: 118-119:

"Mereka terus-menerus berselisih kecuali orang yang mendapatkan rahmat dari Tuhanmu."

Dan kita diperintah Allah untuk bersatu dalam Aqidah dan manhaj diatas Aqidah dan Manhajnya Rasulullah dan para sahabatnya. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-An’am ayat: 153 yang artinya:

"Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa."

Dan kita diperintahkan Allah untuk merujuk bersama kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah ketika terjadi perselisihan, bukannya membiarkan perselisihan aqidah dan hal-hal yang pokok dalam agama meradang di tengah ummat dengan dalih sepotong hadist palsu. Firman-Nya dalan surat An-Nisa’ ayat 59 yang artinya:

"Jika kamu berselisih pendapat maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya (Sunnah-nya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya."

2. Kaum muslimin tidak lagi menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagi sandaran kebenaran dan hakim.

Syaikh Al-Albani berkata: "Diantara dampak buruk hadits ini adalah banyak kaum muslimin yang mengakui terjadinya perselisihan sengit yang terjadi diantara 4 madzab dan tidak pernah sama sekali berupaya untuk mengembalikannya kepada Al-Qu’an dan Al-Hadits." [Adh-Dha’ifah: I/76]

Allah berfirman menceritakan Nabi-Nya Muhammad ketika mengadu kepada-Nya:
"Berkatalah rasul: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan." [QS. Al-Furqan:30].

Sungguh hal itu terulang kembali di zaman ini dikarenakan hadist palsu yang menggerogoti ummat.

3. Umat islam tidak lagi menjadi umat terbaik yang jaya di atas umat yang lainnya.

Ini dikarenakan hadits palsu tersebut menjadi dinding bagi seorang muslim untuk beramar ma’ruf nahi mungkar, seorang muslim tidak lagi menegur saudaranya yang berbuat salah dalam syirik, kekufuran, dan bid’ah serta maksiat disebabkan meyakini hadits palsu tersebut. Karena mereka menganggap semua itu sebagai suatu perbedaan yang hakikatnya adalah rahmat, sehingga tidak perlu untuk ber-nahi mungkar. Akibatnya, predikat ummat terbaik tidak lagi disandang oleh umat islam, karena telah meninggalkan syaratnya yakni Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali-’Imran ayat: 110 yang artinya:
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah ."

4. Ancaman dan kecaman yang keras dari Nabi, karena berkata dengan mengatasnamakan Rasulullah secara dusta.

Rasulullah bersabda :

"Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia siapkan tempat duduknya dari api neraka" [Riwayat Bukhari-Muslim].

Hendaklah takut orang-orang yang mengada-adakan perkataan dusta atas nama Rasulullah , demikian pula orang-orang yang menyebarkan dan mendongengkan kisah-kisah palsu dan lemah yang hanya muncul dari prasangka belaka yang padahal prasangka itu adalah seburuk-buruk perkataan.

5. Meninggalkan perintah Allah

Ini adalah efek lanjutan dari hadist palsu tesebut, karena ketika seseorang mentolelir perselisihan aqidah, halal dan haram, serta segala sesuatu yang telah tegas digariskan oleh dua wahyu, maka di saat yang sama ia telah meninggalkan perintah Allah untuk menuntaskan setiap perselisihan kepada Al-Qur’an, dan As-Sunnah. Sebagaimana Allah berfiman :
"Jika kamu berselisih pendapat maka kembali-kanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya (As-Sunnah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya" [An-Nisa:59]

6. Melemahkan kekuatan kaum Muslimin serta membuka jalan bagi orang-orang kafir untuk menghancurkan Islam dari dalam.

Syaikh Ali Hasan dalam kitabnya "ushul bida" mengisyaratkan dampak buruk hadist tersebut yang dapat melemahkan kaum muslimin dan menjatuhkan kewibawaannya, karena jelas-jelas hadist palsu tersebut menebarkan benih-benih perpecahan di tubuh kaum Muslimin, sedangkan Allah berfirman :
"Jangan kamu berselisih, karena kamu akan menjadi lemah dan hilang kewibawaan kamu." [Al-Anfal: 46]

Ibnu mas’ud meriwayatkan :
“Rasulullah membuat satu garis dengan tangannya lalu bersabda “ini jalan Allah yang lurus”, lalu beliau membuat garis-garis dikanan kirinya, kemudian bersabda, “ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satupun dari jalan-jalan ini kecuali didalamnya terdapat setan yang menyeru kepadanya.” Selanjutnya beliau membaca firman Allah , “dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia janganah mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertaqwa (Qs. Al-an’am153)”. (Hadits shahih riwayat Ahmad dan Nasa’i).

Maraji’:
Ushul bida’ [Syaikh Ali Hasan Ali Abdul hamid]
Sifatush shalaty An-Naby [Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani] dan sumber-sumber lainnya
http://swaramuslim.net

Makna Jihad

01 December, 2005

Oleh : Asep Sulhadi


Assalamu'alaikum wr wb

Jihad, kata yang kini menjadi sensitif dan kontroversial itu, sejatinya memiliki multimakna. Namun, kini mengalami penyempitan makna yang mengarah kepada perlawanan fisik; peperangan dan kekerasan yang radikal. Saat istilah jihad diucapkan, makna yang tersirat pun hanya pertempuran, agresi militer, bom bunuh diri, dan aksi-aksi kekerasan lain. Istilah jihad pun menjadi mengerikan banyak orang.

Kata jihad berasal dari bahasa Arab, dengan berakar kata al juhd atau al jahd. Dalam kamus Lisan Al Arab disebutkan bahwa al jahd itu bermakna kesulitan, sedangkan al juhd memiliki arti kemampuan dan kekuatan. Menurut Al Laits, al juhd dan al jahd memiliki satu arti yaitu segala sesuatu yang diusahakan seseorang dari penderitaan dan kesulitan.

Al Azhari, Imam Ibnu Katsir, dan Imam Al Fara' menyebutkan bahwa kata ini memiliki arti tujuan. Sedangkan menurut Ibnu Arafah, al jahd bermakna mengerahkan kemampuan dan al juhd maknanya berlebihan dan tujuan. Kesimpulan dari pemaparan tersebut adalah jihad memiliki pengertian kesanggupan dalam mengerahkan kemampuan dan kekuatan untuk mencapai tujuan. Kesanggupan itu tetap diambil sekalipun dalam kondisi menderita dan sulit.

Meskipun mengalami perubahan struktur kata dan penambahan huruf, menjadi seperti al ijtihad, al jihad, dan al mujahadah, makna kata-kata tersebut tetap tidak bisa lepas dari makna dasar istilah jihad. Misalnya, al ijtihad berarti mengerahkan kemampuan dalam memutuskan perkara. Kemudian dalam tradisi sufi dikenal istilah al mujahadah yang berarti medan perjuangan spiritual dan jiwa seseorang.

Dalam Alquran, Allah SWT berfirman, ''Maka, janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Alquran dengan jihad yang besar.'' (QS Al Furqan [25]:52). Menurut Ibnu Abbas, makna jihad dalam ayat itu adalah berjihad dengan Alquran. Menurut Ibnu Ziyad, maknanya jihad dengan Islam dan ada juga yang berpendapat dengan pedang, namun Imam Al Qurthubi menolak keras pendapat tersebut karena ayat ini turun di Makkah, sebelum turun perintah perang.

Dalam sepenggal hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Al Hasan, disebutkan, ''Tidak patut seseorang yang berjihad dengan hartanya (hingga habis) kemudian ia duduk untuk meminta-minta kepada manusia.'' Berjihad dengan harta tidak bisa diartikan sebagai perang tetapi mengorbankan hartanya sebagai implementasi perjuangan.

Dari pemaparan tersebut, jelaslah bahwa istilah jihad yang banyak disebutkan Alquran dan hadis memiliki multimakna, multitafsir, dan multibentuk. Sangat tidak tepat kalau kata jihad hanya didefinisikan dalam satu arti dan satu bentuk saja yaitu perang. Lebih tepat kalau kata jihad dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia dengan arti perjuangan. Kata jihad baru identik dengan peperangan jika konteks maknanya dekat dengan istilah al qital, al harb, dan al ghazwah.


Wa'alaikumsalam wr wb