<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d11776877\x26blogName\x3dYoung+Muslims+Indonesia\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://youngmuslimsindo.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://youngmuslimsindo.blogspot.com/\x26vt\x3d-4458987010061084945', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Young Muslims Indonesia

Barangsiapa yang menempuh jalan yang menuju ke pengetahuan,
Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga,
dan para malaikat mengembangkan sayapnya karena senang pada orang yang mengincar ilmu,
serta seluruh penghuni surga dan bumi bahkan ikan di kedalaman lautan, memohon ampunan untuknya

[HR. Ibnu Hanbal 196]

Pasangan Dari-Nya

30 March, 2005
Bertahun-tahun yang lalu, seorang manusia berdoa kepada Allah untuk memberikan dia pasangan, "Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak memintanya", jawab Allah.

Tidak hanya dia meminta kepada Allah, dia juga menjelaskan kriteria pasangan yang diinginkan.Dia menginginkan pasangan yang baik hati, lembut, mudah memaafkan,hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita, murah hati, penuh pengertian,pintar,humoris, penuh perhatian.Dia bahkan memberikan kriteria pasangan tersebut secara fisik yang selama ini dia impikan.

Sejalan dengan berlalunya waktu, anak manusia itu menambahkan daftar kriteria yang diinginkan dalam pasangannya.Suatu malam, dalam doa,Allah berkata dalam hati manusia tersebut, "HambaKu,Aku tidak dapat memberikan apa yang engkau inginkan."

Dia bertanya, "Mengapa ya Allah?"

Allah menjawab, "Karena Aku adalah Tuhan dan Aku adalah Adil. Aku adalah Kebenaran dan segala yang Aku lakukan adalah benar."

Dia bertanya lagi, "Ya Allah, aku tidak mengerti, mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang aku pinta dariMu?"

Jawab Allah SWT, "Aku akan menjelaskannya kepadamu. Adalah suatu ketidakadilan dan ketidakbenaran bagiKu untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau. Tidaklah adil bagiKu untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu jika terkadang engkau masih kasar, atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam, atau seseorang yang mudah mengampuni; tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam, seseorang yang sensitif, namun engkau sendiri tidak..."

Kemudian Allah berkata kepada manusia itu, "Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seseorang yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semuanya itu...."

Pasanganmu akan akan berasal dari tulangmu dan dagingmu, dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian berdua akan menjadi satu....

Pernikahan adalah seperti sekolah, suatu pendidikan jangka panjang. Pernikahan adalah tempat engkau dan pasanganmu akan saling menyesuaikan diri dan tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan hati satu sama lain, melainkan untuk menjadikan kalian manusia yang lebih baik, dan membuat suatu kerjasama yang solid. Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna. Aku memberikanmu seseorang yang dapat tumbuh bersamamu."

Dedikasi untuk kalian yang akan melangkah ke fase yang lebih tinggi dalam suatu hubungan antar anak manusia.Mudah2an bisa jadi keluarga yang sakinah mawa'dah.Amin

Menggapai Petunjuk Tuhan

Oleh : A Ilyas Ismail


Secara rohani, petunjuk Tuhan (hidayah) dapat dipandang sebagai pangkal dari semua kebaikan. Manusia tidak mungkin menggapai kebaikan-kebaikan dalam hidupnya tanpa petunjuk dari Allah. Firman-Nya, ''Tuhan kami adalah Allah yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kepadanya, kemudian memberinya petunjuk.'' (Thaha: 50).

Menurut ulama besar Syekh Muhammad Abduh, petunjuk Allah itu mencakup empat macam, yaitu petunjuk instink atau naluri (hidayat al-wujdan), petunjuk pancaindera (hidayat al-hawas), petunjuk akal pikiran (hidayat al-'aql), dan petunjuk agama (hidayat al-din). Tanpa keempat macam petunjuk di atas, manusia tentu tidak mungkin bisa hidup dan membangun kehidupannya dengan baik di muka bumi. Rasyid Ridha, murid Abduh, menambahkan satu bentuk hidayah yang lain lagi yang dinamakan 'inayah atau ma'unatullah, yaitu pitulung dari Allah SWT. 'Inayah adalah bantuan Allah kepada manusia, sehingga yang bersangkutan mampu mencapai cita-citanya dan mampu membangun kehidupannya dengan baik. Hidayah dalam bentuk ini tidak dapat diberikan oleh siapa pun juga, kecuali oleh Allah SWT sendiri.

Dilihat dari segi tingkatannya, hidayah itu menurut Imam Ghazali ada tiga macam. Pertama, berupa kemampuan mengenal dan membedakan kebaikan dan keburukan. Kemampuan ini sesungguhnya diberikan oleh Allah kepada semua manusia baik melalui kecerdasan intelektualnya maupun melalui informasi dari para Nabi dan Rasul Allah. Kaum Tsamud dan juga kaum 'Ad pada mulanya telah diberikan hidayah oleh Allah dalam bentuk ini, tetapi mereka lebih suka memilih kesesatan daripada petunjuk Tuhan (Fushshilat: 17).

Kedua, berupa peningkatan kualitas hidup manusia yang terus membaik dari waktu ke waktu. Kualitas hidup itu meliputi kualitas iman, kualitas ilmu, dan kualitas kerja. Menurut al-Ghazali, inilah hidayah seperti yang tersebut dalam ayat ini: ''Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya.'' (Muhammad: 17). Ketiga, berupa pencerahan jiwa atau semacam spiritual enlightenment. Orang yang memperoleh hidayah dalam bentuk ini mencapai tingkat kesempurnaan dan kematangan jiwa (kamalat nafsiyah). Pikiran dan jiwanya menjadi terang, bahkan seluruh hidupnya menjadi terang benderang karena pencahayaan Ilahi yang tidak pernah putus.

Bagi al-Ghazali, inilah tingkatan hidayah dalam bentuknya yang paling tinggi. ''Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya membatu)?'' (Al-Zumar: 22). Hidayah seperti terlihat di atas sungguh penting dan amat menentukan kualitas hidup manusia. Oleh sebab itu, kaum Muslim diperintahkan agar mencari dan menggapai petunjuk Allah itu. Setidak-tidaknya, 17 kali dalam sehari semalam, mereka harus membaca doa ini: ''(Ya Allah), tunjukkan kami ke jalan-(Mu) yang lurus.'' (Al-Fatihah: 6). Tanpa petunjuk-Nya, kita bisa sesat jalan dan terjerembab ke jurang nestapa. Na'udzubillah!

Pesan Rasulullah ke Aisyah ra

Rasulullah berpesan kepada Aisyah ra : "Ya Aisyah jangan engkau tidur sebelum melakukan empat perkara, iaitu :

1. Sebelum khatam Al Qur'an,

2. Sebelum membuat para nabi memberimu syafaat di hari akhir,

3. Sebelum para muslim meredhai kamu,

4. Sebelum kau laksanakan haji dan umrah....

Bertanya Aisyah :
"Ya Rasulullah.... Bagaimana aku dapat melaksanakan empat perkara seketika?"

Rasulullah tersenyum dan bersabda : "Jika engkau tidur bacalah :

Al Ikhlas tiga kali seakan-akan kau mengkhatamkan Al Qur'an.

Bacalah selawat untukKu dan para nabi sebelum aku, maka kami semua akan memberi syafaat di hari kiamat.

Beristighfarlah untuk para muslimin maka mereka akan meredhai kamu.

Dan,perbanyaklah bertasbih 33 subhanallah 33 alhamdulilah 34 Allah hu Akbar, bertahmid,bertahlil, bertakbir maka seakan-akan kamu telah melaksanakan ibadah haji dan umrah"

sebaik-baiknya..ambil lah wudhu sebelum tidur,dan berdoa sebelum tidur

Pengertian Muhasabah

29 March, 2005
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah tiap-tiap diri memperhatikan apa yang dipersiapkan untuk hari esok." (QS Al-Hasyr 59: 18)


Ayat di atas sangat jelas mengandung perintah Allah SWT kepada orang-orang yang beriman agar memperhatikan kembali apakah amal perbuatan yang dilakukannya mendatangkan manfaat untuk kehidupan akhirat atau tidak. Jika terdapat pada amal perbuatannya sesuatu yang diyakini bermanfaat untuk kehidupan akhirat maka dia patut bersyukur. Akan tetapi, jika tidak, maka dia patut menyesali dan segera melakukan tobat kepada Allah SWT.

Seorang yang beriman dan berakal seharusnya lebih bersungguh-sungguh menghisab diri dan perbuatannya. Karena semua itu berkaitan dengan kesengsaraan atau kebahagiaan yang kekal abadi di akhirat. Umar bin Khaththab RA berkata, ''Hisablah dirimu sendiri sebelum kamu dihisab di akhirat kelak. Timbang-timbanglah amal perbuatanmu sebelum ia ditimbang di akhirat.'' (Riwayat Abu Nuaim dalam Al-Hilyah).

Dalam riwayat lain, Umar RA setiap menjelang malam memukul kedua kakinya dengan cambuk seraya berkata kepada dirinya sendiri, ''Apa yang sudah kukerjakan hari ini.'' Perbuatan Umar bin Khaththab jelas merupakan manifestasi dari muhasabah (menilai kembali tindak-tanduk dan amal perbuatan).

Imam Al-Ghazali dalam hal ini berkata, ''Ketahuilah jika seorang hamba memiliki waktu di pagi hari untuk mendengarkan nasihat-nasihat kebenaran, maka seharusnya dia juga memiliki waktu di sore hari untuk menghisab dirinya. Dia mesti merenungi kembali seluruh gerak-gerik dan perbuatannya sepanjang hari. Ke mana saja dia bergerak, sehari itu, dalam perkara apa dia bergerak, dan untuk tujuan apa pula dia bergerak?''

''Tirulah perbuatan para pedagang yang memperhitungkan seluruh aktivitas perdagangannya setiap hari, setiap bulan, dan setiap tahun. Mereka melakukan semua perhitungan itu karena menginginkan materi keduniaan dan takut kehilangan sedikit pun dari harta perdagangannya. Padahal dia mengetahui bahwa semua yang diusahakannya secara sungguh-sungguh itu pada akhirnya akan hilang (fana) juga.''

Pada suatu hari seorang laki-laki mendatangi Rasulullah SAW dan berkata, ''Wahai Rasulullah berilah wasiat kepadaku.'' Rasul menjawab, ''Benarkah engkau mau menerima wasiatku?'' Lelaki itu menjawab, ''Ya''. Maka Rasulullah bersabda, '' Jika kamu sedang melakukan suatu urusan penting maka perhatikanlah baik-baik. Jika kamu rasa urusan itu dapat mendatangkan petunjuk (hidayah) untukmu maka teruskanlah. Namun jika kamu rasa urusan tersebut akan melalaikanmu maka hentikan.''

Muhammad SAW beristighfar setiap hari kepada Allah sebanyak 100 kali. Padahal beliau adalah ma'shum dan mahfudz, yakni dijaga oleh Allah SWT dari perbuatan dosa baik yang kecil maupun besar. Karena itu, kita sebagai makhluk yang setiap hari tak luput dari alpa dan dosa sudah semestinya melakukan muhasabah dan bertobat. Semoga kita selalu mendapat perlindungan dan petunjuk dari Allah SWT.