<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d11776877\x26blogName\x3dYoung+Muslims+Indonesia\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://youngmuslimsindo.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://youngmuslimsindo.blogspot.com/\x26vt\x3d-4458987010061084945', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>

Young Muslims Indonesia

Barangsiapa yang menempuh jalan yang menuju ke pengetahuan,
Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga,
dan para malaikat mengembangkan sayapnya karena senang pada orang yang mengincar ilmu,
serta seluruh penghuni surga dan bumi bahkan ikan di kedalaman lautan, memohon ampunan untuknya

[HR. Ibnu Hanbal 196]

Menggapai Hidayah

27 November, 2005

Oleh : Indra Yogi


Assalaamu'alaikum wr wb


Hidayah, betapa mahalnya ia jika dibicarakan dalam rentang hidup anak manusia. Terlebih jika hidayah itu datang secara tiba-tiba, tanpa ada rencana dan tidak ada proses untuk mendapatkan yang direkayasa. la begitu saja datang lalu tergetarlah episode hidup yang penuh dengan taburan cahaya.

Hidayah Allah SWT itu tidak diberikan kepada manusia berdasarkan kedudukan, keluarga, pangkat, dan harta mereka. Melainkan hidayah dan cahaya Allah itu diberikan kepada orang yang dikehendaki oleh-Nya dan berhak untuk menerimanya. Hidayah Allah dikerahkan bagi orang yang memang mau mencarinya dan gemar untuk mendapatkannya.

Siapa saja yang diajarkan oleh Allah sebuah hidayah didalam hatinya, kemudian dia berjuang dengan sungguh-sungguh di jalan Allah, dia rela Allah sebagai Tuhannya, dan menjadikan Allah sebagai tujuannya, maka keridhaan-Nya telah dituangkan kedalam matanya dan Allah memberikannya suatu petunjuk.

Untuk mencapai hidayah itu bukan hanya dengan banyak beribadah, tetapi harus disertai dengan keimanan dalam hati. Bukanlah iman kalau hanya dengan menyendiri dan berangan-angan, tetapi iman adalah yang bersemayam di dalam hati dan di realisasikan dengan amal perbuatan. Kebanyakan orang yang ahli ibadah zaman sekarang ini salah persepsi ketika mereka mengira bahwa jalan untuk mencapai hidayah adalah dengan banyak beribadah. Sehingga, mereka mengada-adakan suatu ibadah (bid'ah) yang tidak diajarkan oleh Allah dalam syari'atnya.

Oleh karena itu Allah SWT berfirman :

Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa dan adalah 'Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya... [QS 11:7]

Di ayat itu Dia tidak berfirman "yang paling banyak amalnya". Yang tepat adalah perbuatan atau amalan yang paling benar dan ikhlas. Seperti apakah yang paling benar dan yang ikhlas ? tentulah apabila keikhlasannya apabila didasarkan karena Allah saja dan kebenarannya adalah apabila mengikuti Sunnah Rasulullah saw.

Sesungguhnya Allah mengetahui bahwa didalam hatimu ada keinginan untuk mendapatkan hidayah dan juga mengetahui apa yang tersembunyi di balik jiwamu bahwa kamu menginginkan-Nya. Kalau kamu bersungguh-sungguh mencari hidayah, pastilah Allah akan membukakan dan memberikan untukmu sesuatu yang tidak terlintas dalam hatimu. Janganlah di dalam kehidupan ini kamu kikir memberikan kemudahan, ilham, bimbingan, pemberian, cahaya dan keberkahan. Sesungguhnya Allah akan mendatangkan hidayah dari salah satunya.

Inilah keinginan yang besar dan keinginan yang sesungguhnya, yang tidak akan bisa di tandingi oleh keinginan untuk mendapatkan mobil, pekerjaan dan tempat tinggal dll. Sesungguhnya, semua keinginan itu akan terlihat murah kalau dihadapkan dengan keinginan yang mulia untuk mendapatkan hidayah. Dan hanya orang-orang merugilah yang tidak mau menggenggamnya erat-erat setelah mendapatkannya....

Alhamdulillah, terima kasih Ya Rabb...


Allah, Sangat dekat dengan kita
bahkan lebih dekat dengan urat leher kita

Adakah kau mengerti
tiap desah nafas adalah kasih sayang-Nya

Dia tlah memanggilmu,

menegurmu dengan sangat dekat

memberimu surat cinta untuk dibaca

Jika selangkah saja kau mendekat pada-Nya

Dia akan mendekat padamu seribu langkah.....


Wassalaamu'alaikum wr wb

Wasiat Palsu Syeh Achmad

24 November, 2005

Assalamu'alaikum wr wb


Untuk temen-temen yang baca surat yang isinya dari Masjid Nabawi dan atas nama Syekh Achmad, ngga usah di reply/forward. Itu cuma permainan yang bisa ngejebak kita ke dalam perbuatan syirik dan gak ada hadist atau ayat quran satupun yang menyebutkan bahwa kalo ngga mem-forward surat itu akan dapat bencana.

Menurut Majlis Fatwa Malaysia 1978 menyebar surat ini "termasuk dalam menyekutukan Allah S.W.T. dengan syirik yang amat besar (shirk-i-kubra) serta mempermainkan Rasulullah S.A.W. serta menyebar dengan niat tidak baik kekeliruan dan muslihat di kalangan umat Islam."

Dan menurut Allahyarham Datuk Sheik-ul-Islam, yang lebih menakutkan lagi, tindakan seperti bisa dikatakan murtad yang tidak disengaja dan tanpa sadar si pengirim. Tanpa hal-hal kaya gini aja udah banyak dari kita yang udah murtad ya ngga....

So why that chain letter are fake ? Baca artikel ini yg ditulis oleh Dr. Yusuf Qardhawi :

Here

and

Here

Atau mau tau SIAPA yang membuat surat itu ? Cek disini :

Click here

"Educate yourself before you educate people....Iqra (bacalah) !"

Spread the news and start educating. Syukron Jazaakumullah khair


Wassalamu'alaikum wr wb


Shalat : Waktu Untuk Berhenti Sejenak

23 November, 2005

Oleh : Akmal Sjafril


Assalaamu’alaikum wr. wb.

Sering terdengar alasan bahwa kaum profesional tidak lagi memiliki cukup waktu luang sehingga ibadahnya banyak dikorbankan. Mereka tidak punya energi untuk bangun malam dan melaksanakan qiyamullail. Waktu produktifnya tidak mungkin dikorbankan untuk shalat Dhuha. Hal terbaik yang bisa mereka lakukan adalah menyisihkan waktu 5 menit untuk masing-masing shalat fardhu, itu pun sudah termasuk waktu wudhu-nya!

Non-sense!

Hal yang sebaliknya terjadi pada saya. Setelah kerja, justru saya semakin merasa perlu mengatur ibadah. Ibadah itu seharusnya tuma’ninah, alias dikerjakan dengan tenang, tidak terburu-buru, apalagi terbirit-birit. Betapa tidak sopannya manusia yang menghadap Allah dengan bacaan seperti lagu-lagu rap atau hip-hop. Mereka bahkan tidak sempat meresapi makna kata-kata yang keluar dari lidahnya. Sama seperti orang yang minta ijin meminjam barang kita, tapi permohonan ijin itu disampaikannya setelah ia selesai menggunakan barang tersebut. Kata-katanya cuma pemanis belaka. Basa-basi. Kalau kita tahu yang mana yang basa-basi dan yang mana yang sungguhan, maka Allah pasti lebih tahu. Adakah manfaat dari ibadah yang terburu-buru?

Setelah merasakan beratnya beban kerja, saya justru merasa harus meluangkan waktu khusus untuk ibadah-ibadah harian. Kalau dulu saya melaksanakannya karena memang banyak waktu, sekarang saya harus mengalokasikan waktu-waktu tertentu secara khusus.

Shalat lima waktu tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kalau dulu saya sering shalat di akhir waktu, sekarang kebiasaan itu sudah semakin sering saya tinggalkan. Saya semakin sadar bahwa jadwal shalat memang benar-benar dirancang Allah untuk sesuai dengan jam biologis manusia. Benar-benar pas! Ketika adzan dikumandangkan, tubuh dan pikiran saya memang berada di titik jenuh. Pada jam-jam itu memang saya butuh waktu untuk berhenti sejenak. Ini sama sekali bukan berarti produktifitas kerja terganggu, karena setelah shalat, kondisi tubuh kembali prima sehingga kerja menjadi semakin efektif.

Manusia memang benar-benar butuh shalat. Shalat (ternyata) bukanlah sebuah kewajiban yang Allah berikan sekedar untuk menunjukkan besar kekuasaan-Nya. Shalat adalah salah satu bukti kasih sayang Allah pada manusia. Allah-lah yang merancang tubuh manusia dalam bentuk yang sangat sempurna. Bukankah sangat logis jika Allah pula yang telah merancang tata cara dan waktu shalat sehingga sesuai dengan jam biologis manusia? Adakah yang aneh dalam teori ini?

Dalam keadaan lelah karena kerja, air yang membasahi wajah, tangan, daun telinga, sebagian rambut dan kaki adalah kesegaran yang luar biasa. Gerakan-gerakan shalat benar-benar didesain khusus untuk meregangkan otot-otot yang kaku karena lelah bekerja. Dialog dengan Allah pada saat shalat pun benar-benar menjadi obat yang paling manjur untuk mengobati kelesuan mental manusia. Adakah yang lebih dibutuhkan oleh kaum profesional selain waktu-waktu untuk shalat?

Belasan tahun yang lalu saya sudah mengenal ungkapan : “Jadikanlah shalat sebagai kebutuhan, bukan sekedar kewajiban.” Easy to say, but not so easy to understand. Ternyata salah satu variabel penentunya kerja keras. Orang-orang yang tidak pernah kerja keras memeras otak membanting tulang tentu saja tidak bisa mengenali dengan baik jam biologisnya. Mereka tidak pernah memaksa tubuhnya hingga mendekati batas, sehingga tidak pernah tahu bagaimana cara memaksimalkan fungsi tubuh. Mereka terbiasa dengan hidup angin-anginan. Bagaimana mungkin mereka bisa menghayati nikmatnya shalat?

Sungguh licin strategi para pengikut Iblis. Mereka berhasil mencari korelasi yang jelas antara dedikasi pada pekerjaan dengan shalat. Dengan menghancurkan etos kerja, mereka membuat umat menjadi lupa dengan kenikmatan melaksanakan shalat. Sekarang, semua orang berlomba-lomba melakukan korupsi. Pekerjaan yang seharusnya bisa selesai dalam sehari sengaja mereka selesaikan dalam dua-tiga hari, agar beban kerja semakin berkurang, dan mereka pun semakin santai. Wajar bila mereka tidak pernah merasakan kebutuhan akan shalat.

Tentu saja esensi shalat bukanlah untuk memperbaiki kondisi tubuh. Esensi shalat – dan semua ibadah secara umum – adalah sebagai bukti penghambaan kepada Allah SWT. Mereka yang menolak beribadah tentu saja tidak punya hak untuk mengaku sebagai hamba Allah. Penghambaan kepada-Nya adalah suatu hal yang mutlak dan tak dapat ditawar-tawar lagi. Inilah motivasi kita dalam beribadah.

Akan tetapi, sekarang ini, ijinkanlah saya untuk tersenyum dan berkata : “Allah sengaja menciptakan shalat untuk kebaikan saya. Begitu sayangnya Allah pada saya!”

Wassalaamu’alaikum wr. wb.

Islam, I'm in Love

22 November, 2005

Assalamu'alaikum


Huhuy! Kesannya gimanaa gitu. Bukan sulap bukan sihir, dan ini juga bukan judul film tandingan Eiffel, I'm in Love . Ini sekadar judul yang moga saja ‘efek'-nya bisa lebih dalem lagi tentang perasaan cinta kita kepada Islam. Tul nggak seh? Moga juga bikin kamu tambah kesengsem kepada Islam. Karena apa? Karena jatuh cinta sama Islam bikin segalanya tampak indah. Bener lho, kagak bo'ong!

Sobat muda muslim, banyak jalan untuk jatuh cinta. Banyak ragam cara kita menemu-kan cinta. Itu sebabnya, nggak usah heran bila akhirnya banyak pula yang langsung lengket-masket kepada apa yang dia cintai. Jatuh hati setengah mati.

Nah, ngomong-ngomong soal Islam, ternyata banyak manusia yang tergoda dan akhirnya tulus mencintai agama Allah yang risalahnya dibawa Muhammad saw. ini. Abisnya, pesona Islam bikin hidup lebih hidup sih. Jadi, siapa pula yang tega menelantarkannya? Kayaknya itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang nggak kenal sama Islam dan satu lagi, yang membenci Islam. Setuju? Kudu! (maksa banget neh!)

Tipe yang manakah kamu? Kayaknya masih mending deh kalo sekadar belum kenal sama Islam. Itu bisa kita upayakan untuk mengenal-nya lebih dekat, lebih dalem, dan lebih intim. Kata pepatah, “tak kenal maka ta'aruf” Hehehe.. bener dong. Kalo nggak kenal ya, kita kenalan. Biar tambah kenal. Terus, ujungnya kita bisa sayang tuh. Betul?

Sobat muda muslim, bagaimana rasanya orang yang sedang dirundung rasa suka? Wuih, kayaknya kamu udah paham banget di level ini mah. Bawaannya seneng mulu kan? Bikin kita enak tidur dan enak makan kan? Bisa juga kita bangga memilikinya kan? Bahkan sangat boleh jadi kita bakalan rela berkorban demi cinta kita kepada yang sedang kita cintai. Nggak cuma rela ngorbanin perasaan, tapi ikhlas dan ridho kalo harus mengorbankan nyawa yang cuma satu-satunya ini. Bener lho.

Islam, agama yang sudah malang-melintang selama lebih dari 14 abad ini banyak yang mencintainya, meski kudu diakui bahwa banyak juga yang membencinya. Kenapa? Karena kehadirannya bagi yang memiliki akal sehat dan nalar yang cerdas, Islam adalah sebuah kenikmatan luar biasa. Tapi bagi mereka yang akalnya turun ke jempol kaki, dan nalarnya jongkok, ditambah hawa nafsu yang menjadi panglimanya, maka Islam layak untuk dibenci.

Jadi, ini bergantung sudut pandang dan tentunya keimanan saja. Memang benar, bahwa kita harus menilai sesuatu itu secara objektif. Sebab kalo berat sebelah, itu namanya subjektif. Nggak cocok jadi wasit neh. Hehe..

Buktinya? Jangan heran kalo kecintaan kita yang berlebih kepada seseorang, akan menggelapkan penilaian kita kepadanya. Kalo cinta udah terpatri di dada, kita bisa dikalahkan oleh cinta. Celakanya, kalo pun doi berbuat salah, rasanya nggak pantes untuk dikasih masukan berupa saran dan kritik. Celaka ‘kali dikau, bah!

Sebaliknya juga sama, kalo kita udah benci sama seseorang, rasanya orang tersebut pasti salah aja di mata kita. Meski adakalanya dia memiliki kebenaran. Nah, jangan sampe kita seperti itu.

Tapi Bro, cinta kita kepada Islam, ini persoalan yang lain daripada yang lain. Karena apa? Karena Islam adalah agama yang dijamin kebenarannya oleh Allah. Agama ini diemban risalahnya oleh Nabi Muhammad saw. Jelas, Islam berasal dari sumber yang nggak mungkin lagi salah. Itu sebabnya, kecintaan kita kepada Islam, bukan lagi menggelapkan mata istilahnya, tapi mencerahkan hidup kita. Ujungnya, kita akan taat kepada seluruh ajaran Islam dan bahkan kita ingin menyampaikan kebenaran Islam ini kepada siapa pun dengan segala kemampuan yang kita miliki. Tentunya, ini sebagai bukti kecintaan kita kepada Islam, Rasulullah saw., dan juga Allah Swt. Begitu sobat.


Bukan cinta biasa

Sobat muda muslim, Salman al-Farisi demi cintanya kepada kebenaran. Ia rela mencari agama yang sanggup mencerahkan pikiran dan mengobati kegundahan jiwanya.

From Persia With Love . Yup, boleh dibilang Salman al-Farisi begitu. Sebab, dengan cinta di dada untuk mencari kebenaran, beliau rela jauh-jauh dari Persia berkelana sampe terdampar di Madinah. Bertemu Rasul dan masuk Islam. Kecintaannya kepada Islam mengalahkan kepercayaannya sebagai kaum penyembah api. Yes, Salman meninggalkan agama Majusi (Zoroaster).

Dikau tahu Mush'ab bin ‘Umair? Duh, sahabat Rasulullah saw. yang satu ini ridho ninggalin istana megahnya demi cintanya kepada Islam. Rela mencampakkan pakaian indah dan gelimang harta. Islam, mampu me-nenggelamkan segala kenikmatan dunia lainnya.

Mush'ab bin ‘Umair adalah orang pertama yang diutus Rasulullah saw. untuk membacakan al-Quran, mengajarkan Islam, dan memberi pemahaman agama kepada masya-rakat Madinah. Mush'ab mene-mani 12 orang laki-laki Madinah setelah Bai'at ‘Aqabah pertama.

Alhamdulillah, Islam kemudian tersebar cepat di Madinah, hingga membuat Rasulullah saw. gembira dan memikirkan untuk hijrah ke sana sekaligus menerapkan Islam sebagai ideologi negara. Subhanallah , begitulah jika cinta sudah terpatri kuat di hati. Islam memang layak kita cintai, kita bela, dan kita perjuangkan.

Drama ke-hidupan bersama Islam yang di-mainkan para sa-habat Rasulullah saw. dalam membela Allah, Rasul-Nya, dan tentunya juga Islam sungguh sangat mengagumkan. Suatu ketika Zaid bin Datsinah bersama lima sahabat lainya diutus Rasulullah menemani sekelompok kecil kabilah untuk mengajarkan Islam ke kabilah yang bertetangga dengan Bani Hudzail tersebut. Waktu itu, negara Islam sudah berdiri. Kejadiannya pasca Perang Uhud.

Sayangnya, enam utusan Rasulullah saw. itu dikhianati. Tiga di antaranya syahid. Tiga lagi menjadi tawanan dan dijadikan budak untuk dijual (termasuk Zaid bin Datsinah). Waktu itu, Zaid hendak dibeli oleh Shafwan bin Umayyah, untuk kemudian dibunuh sebagai balasan atas kematian ayahnya, Umayyah bin Khalaf, yang tewas di tangan kaum Muslimin saat Perang Badar. Bales dendam nih ceritanya.

Zaid ditanya oleh Abu Sufyan: “Hai Zaid, aku telah mengadukanmu kepada Allah. Sekarang, apakah engkau senang Muhammad berada di tangan kami menggantikan tem-patmu, lalu engkau memenggal lehernya dan engkau kembali kepada keluargamu?”

“Demi Allah!” jawab Zaid lantang, “Aku tidak rela Muhammad menempati suatu tempat yang akan dihantam jerat yang menyiksanya, sementara aku duduk-duduk dengan keluargaku.”

Abu Sufyan terkesan banget tuh dengan kata-kata Zaid. Bibirnya menyungingkan senyuman sinis sambil bilang, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang mencintai sahabatnya seperti kecintaan sahabat-sahabat Muham-mad,” kata Abu Sufyan geram di tengah kekagumannya. Kemudian, Zaid pun dibunuh. Subhanallah , ini memang bukan cinta biasa.

Membela dan memperjuangkan Islam, sebagai bentuk kecintaan kepada agama Allah ini, membuat Khubaib, temannya Zaid yang juga diutus Rasulullah dalam misi tersebut, rela melepaskan nyawanya. Sebelum syahid, beliau memandang musuh-musuh Allah dengan marah sambil meneriakkan doa, “Ya Allah, sesung-guhnya telah sampai kepada kami risalah Rasul-Mu, maka besok sampaikan kepadanya apa yang membuat kami demikian. Ya Allah, hitunglah (bilangan) mereka (dan lemparkan mereka) berkali-kali, bunuhlah mereka dengan sekali lumat, dan janganlah Engkau biarkan mereka hidup seorang pun dari mereka!” Mendengar teriakan Khubaib, mereka menjadi gemetar. Dengung suara itu seolah merobek-robek nyawa mereka. Kemudian, Khubaib pun dibunuh.

Ini baru sahabat Rasulullah saw. bagaimana dengan Rasulullah saw.? Ini salah satu kisahnya. Simak ye.

Aisyah ra. bercerita tentang Rasulullah saw. setelah didesak oleh Abdullah bin Umar. Apa yang diceritakan Ummul Mukminin Aisyah ra? Beliau menceritakan sepotong kisah bersama Rasulullah saw. ( Tafsir Ibnu Katsir, I: 1441 ): “Pada suatu malam, ketika dia tidur bersamaku dan kulitnya sudah ber-sentuhan dengan kulitku, dia ber-kata, “Ya, Aisyah, izinkan aku ber-ibadah kepada Rabbku.” Aku ber-kata, “Aku sesung-guhnya senang me-rapat denganmu, tetapi aku senang meli-hatmu beribadah kepada Rabbmu.”Dia bangkit mengambil gharaba air, lalu berwudhu. Ketika berdiri shalat, kudengar dia terisak-isak menangis.

Kemudian dia duduk membaca al-Quran, juga sambil menangis sehingga air matanya membasahi janggutnya, ketika dia berbaring, air matanya mengalir lewat pipinya mambasahi bumi di bawahnya. Pada waktu fajar, Bilal datang dan masih melihat Nabi saw. menangis,”Mengapa Anda menangis, padahal Allah ampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang kemudian?” tanya Bilal. “Bukankah aku belum menjadi hamba yang bersyukur. Aku menangis karena malam tadi turun ayat Ali Imran 190-191. Celakalah orang yang membaca ayat ini dan tidak memikirkannya.”

Demi cintanya kepada Allah, dan juga agama ini, Rasulullah saw. sanggup menge-sampingkan kenikmatan-kenikmatan lainnya. Subhanallah . Sekali lagi, ini bukan cinta biasa!


Kenali, sayangi!

Kalo udah kenal, rasa sayang itu dengan sendirinya akan muncul. Bahkan rasa sayang itu bisa diterjemahkan kebih dalem lagi, yakni dengan pembelaan dan perjuangan. Hebat sekali bukan?

Gimana caranya kenal sama Islam? Seperti halnya Rasulullah saw. mengutus Mush'ab bin ‘Umair untuk mengajarkan Islam, maka satu-satunya cara mengenal Islam adalah dengan mempelajarinya. Jadi, ngaji.

Suer, dengan belajar kita jadi tahu segalanya. Waktu kita SD, kita nggak tahu huruf abjad, nggak bisa nyebutin angka 1 sampe 10, juga nggak mengenal bagaimana indahnya bersahabat. Itu semua karena kita mau belajar.

Sobat muda muslim, banyak orang tertarik dengan Islam, ketika mereka mengetahuinya. Tentunya, me-reka jadi kenal Islam setelah belajar. Salah satunya Prof. G. Margoliouth dalam De Karacht van den Islam yang menuliskan, “Pe-nyelidikan telah menun-jukkan, bahwa yang dike-tahui oleh sarjana-sarjana Eropa tentang falsafah, astronomi, ilmu pasti, dan ilmu pengeta-huan semacam itu, selama beberapa abad sebelum Renaissance , secara garis besar datang dari buku-buku Latin yang berasal dari bahasa Arab, dan Quran-lah yang, walaupun tidak secara langsung, memberikan dorongan pertama untuk studi-studi itu di antara orang-orang Arab dan kawan-kawan mereka”

Sejarawan Barat, W. Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam nggak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain, dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan syariat Islam, sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah.

Jadi, intinya memang dengan belajar untuk bisa mengenali Islam. Ujungnya, kita jadi sayang. Jangan kalah dengan rasa cinta kita kepada lawan jenis aja. Kalo udah seneng sama seseorang yang kinclong di kelas, pengennya deket, biar bisa tahu rahasia hatinya. Berbagai cara dilakukan untuk PDKT. Tujuannya? Untuk bisa tahu seberapa pantas ia jadi calon kita, dan yang penting, seberapa besar ia mencintai kita. Jangan-jangan kitanya aja yang kegeeran, padahal mah doi nggak cinta seujung rambut pun kepada kita. Kalo gitu, langsung deh nyanyi Pupus -nya Dewa. Kasihan deh lo!

Sobat muda muslim, kita kudu yakin lho kalo mencintai Islam pasti ada untungnya juga. Kita jadi lebih lega, lebih tenang, dan lebih nyaman dalam menjalani hidup ini. Islam memberikan segalanya buat kita. Kenikmatan di dunia dan juga di akhirat. Dijamin nggak bakalan bertepuk sebelah tangan deh kalo kita mencintai Islam, Rasul-Nya, dan juga Allah Swt. Insya Allah sukses dunia akhirat. Yakin itu.

Setiap kita melakukan perintah yang wajib maupun sunnah, juga memutuskan untuk tidak melakukan perbuatan haram, insya Allah ada ganjarannya. Inilah okenya Islam.

Mulai sekarang, tancapkan niat untuk belajar mengenal Islam. Sabda Rasulullah saw.: “Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar.” (HR Bukhari)

Nah, kalo udah tahu, kan kita bisa sayang sama Islam tuh. Kayaknya pantes deh kalo kita tulis besar-besar di depan meja belajar kita: “Islam, I'm in Love”


Wassalamu'alaikum

Selamat Idul Fitri 1426 H

04 November, 2005